Buber, bukber, iftar jama’I, atau apalah itu
intinya adalah menunggu adzan maghrib, makan bersama, mengobrol tanpa arah
kemudian kembali ke rutinitas masing-masing. Mungkin kamu yang di sana tak
pernah tau dari sekian banyak momen buka bersama, malam itu adalah puncak
kebencianku terhadap keironisan buka bersama. Sebelumnya aku selalu saja
mewajari kebosanan, kesuntukan, serta hal-hal tidak penting lainnya setiap
acara buka bersama yang tidak sedikit menguras puluhan ribu rupiah tiap
acaranya.